Dua Pasang Hati

Jum'at, 22 Mei 2015 - 07:55 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Jam istirahat berlalu, kini saatnya Lara kembali berkutat pada pekerjaan selanjutnya, yaitu menuju ruang administrasi yang terletak di lantai satu.

Kali ini ia meminta pihak rumah sakit untuk menyediakan satu ruang kosong, guna menyimpan barang-barang yang tak terpakai. Namun sebelum itu, ia harus mengisi formulir permohonan peminjaman ruangan yang harus dimintanya dari salah seorang management building manager. Ruangnya terletak tepat di sebelah ruang praktik Keenan.

Makanya, Lara harus hati-hati melewati ruang tersebut, sebelum cowok sinis itu berpapasan dengannya tiba-tiba. Bisa-bisa mereka malah terlibat cekcok dan membuat gaduh seisi rumah sakit. Nggak hanya ruang administrasi, tetapi juga ruang beberapa dokter lainnya juga berderet di lantai tersebut. Seperti dokter anak, dokter bedah jantung, dan juga dokter penyakit dalam. Tidak seperti dokterdokter spesialis lainnya, yang berjumlah dua dokter yang berbeda, Keenan menjadi satu-satunya dokter spesialis kandungan di sini.

Ia dikabarkan menggantikan Dr Margaretha Ningsihwati SpOg. Dokter kandungan senior yang tak lain ialah tante dari Keenan. Ya, memang keluarga besar cowok itu sebagian besar berprofesi sebagai dokter. Hanya saja, cuma mereka berdua yang berkecimpung di profesi spesialis yang sama. Kakek Keenan, Dr Alianto Tama Bagaskara, ialah dokter sekaligus guru besar dari Universitas Karya Mulia yang berhasil meraih gelar master, profesor, dan insinyur secara bersamaan di Belanda beberapa puluh tahun lalu.

Sama seperti dirinya, Dr Margaretha Ningsihwati juga mengenyam pendidikan yang sama di Belanda, seperti kakek Keenan. Di zamannya, Dr Margaretha, beliau begitu terkenal karena kehangatan dan keramahannya dengan pasien. Beliau juga begitu andal, teliti, dan sabar dengan pasienpasiennya. Maka itu, banyak sekali pasien yang berdatangan kepadanya, dan membuat namanya melambung tinggi.

Nggak jarang, tantenya ini memiliki pasien sampai pukul dua belas malam, hanya untuk memeriksakan kandungan mereka. Maka itu, Keenan termotivasi supaya berhasil seperti sang tante. Ia belajar dengan sangat keras dan supel agar dapat meraih impiannya sebagai dokter spesialis kandungan. Lara menyambangi Silvia yang sedang berbicara dengan pihak manajemen untuk membukakan sebuah ruang gudang untuk menyimpan barang-barang tersebut.

Gadis berdarah Sunda itu, tengah serius-seriusnya berbincang dengan Pak Albertus Harianto, selaku building management manager yang bertugas siang itu. Silvia tak berhenti berbicara melalui walkey-talkey dengan Dodo, rekan satu timnya. ”Mbak Silvia, maaf sekali. Kayaknya ruang yang di lantai satu itu, nggak bisa digunakan. Terlalu sempit dan saya nggak yakin, kalau barang-barangnya bisa masuk,” ujar pria berkemeja putih tersebut.

”Begitu ya, Pak? Gimana yah, soalnya cuma ruangan itu aja yang diperkenankan sama pihak rumah sakit kemarin. Katanya udah nggak ada ruang baru lagi, semuanya udah dipersiapkan untuk ruang dokter yang baru, Pak,” aku Silvia pada Pak Albert. Dua raut wajah mereka menampakkan kecemasan yang luar biasa. Pasalnya, nggak ada lagi ruang yang bisa dipakai untuk memasukkan barang-barang itu. Menurut Albert, ruangannya itu memang sejenis gudang.

Sangat gelap dan berdebu, udah gitu nggak begitu luas, lagi. Rasanya nggak akan muat kalo memasukkan barang-barang yang cukup besar ukurannya. ”Gini aja deh, Pak Albert. Saya akan nyuruh Dodo, asisten saya untuk memeriksa ruangan itu. Kalo misalnya pas dengan jumlah dan ukuran barang, saya akan menggunakan ruang itu untuk tempat penyimpanan. Gimana?” usul Silvia selanjutnya. Pak Albert tampak menimbang-nimbang, dan akhirnya setuju.

Lalu bergegaslah Silvia untuk memberi informasi pada Lara yang saat itu masih memeriksa catatan terlampir dengan Dodo. Lima menit berselang, walkey-talkey Dodo berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon dari Silvia.

”Do, kita udah dapet ruangan di lantai satu ya. Cepetan gih, maneh ka sana, persiapin barang-barangnya. Nuhunnya ,” kata Silvia campur dengan bahas Sunda yang kental.
(bersambung)

Oleh:
Vania M. Bernadette
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0521 seconds (0.1#10.140)